Luwu Timur, Senin, 8 September 2025 – Kepala Dinas Pariwisata, Kepemudaan, dan Olahraga Kabupaten Luwu Timur menghadiri acara peluncuran buku berjudul Bentuk & Motif Batik, Kuliner Tradisional, dan Wuntu Atora yang digelar di Raha Terisoa, Puncak Urako, Desa Ledu-ledu, Kecamatan Wasuponda. Acara ini dipimpin langsung oleh Kepala Dinas, Andi Tabacina Akhmad, S.STP., M.Si., beserta jajaran, dan turut dihadiri oleh masyarakat adat Karunsi’e serta sejumlah tokoh budaya.

Kehadiran pejabat daerah bersama tokoh adat dalam acara tersebut menjadi momentum penting untuk merajut kembali warisan tradisi yang hidup di tengah masyarakat Karunsi’e. Suasana peluncuran terasa khidmat sejak awal ketika doa syukur dipanjatkan, dilanjutkan dengan sambutan Kepala Dinas yang menegaskan bahwa buku ini merupakan jembatan penghubung antara generasi muda dan leluhur.

ketua adat karunsi’e menjelaskan bahwa Nama “Karunsi’e” sendiri merupakan gabungan kata dalam bahasa lokal: To (masyarakat), Karun(si) (tiang), dan Si’e (lumbung), sehingga secara filosofis bermakna tempat penyimpanan makanan”, ucap Miu Mentani Agustinus Podengge.

Acara peresmian ditandai dengan pengalungan kain batik khas adat to karunsi’e kepada kepala dinas parmudora, ketua DPRD kab. Lutim, kepala desa Urako dan Camat Wasuponda.

Salah satu masyarakat Adat Karunsi’e menjelaskan bahwa “Filosofi nama si’e merupakan kisah yang erat kaitannya dengan nenek moyang Karunsi’e. nenek moyang sakti yang mampu mendirikan rumah hanya dari tujuh batang jagung. Bangunan itu kemudian diwariskan turun-temurun dan hingga kini dikenal menyerupai bentuk lumbung yang menjadi simbol kebersamaan, keberkahan, serta ketahanan pangan masyarakat adat yang disebut dengan sie”. Beliau juga menambahkan bahwa rumah adat ‘sie’ merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya.

Peluncuran buku ini menjadi salah satu langkah strategis dalam upaya Pemerintah Kabupaten Luwu Timur untuk mendukung pelestarian budaya lokal sekaligus memperkuat daya tarik pariwisata daerah. Kepala Dinas Parmudora menegaskan “Buku ini adalah bukti bahwa budaya Karunsi’e bukan hanya milik masa lalu, tetapi juga milik masa depan. Generasi muda bisa belajar, memahami, dan melestarikan agar warisan leluhur tidak hilang oleh waktu,” ujarnya.

Dengan adanya karya ini, masyarakat diharapkan semakin memahami bahwa pariwisata tidak hanya berbicara tentang panorama alam, tetapi juga tentang identitas budaya yang autentik. Melalui batik, kuliner, dan filosofi adat Karunsi’e, Luwu Timur memiliki potensi kuat untuk memperkenalkan diri di kancah nasional bahkan internasional.

Acara peluncuran ditutup dengan Menikmati makanan tradisional karunsi’e seperti pa’piong, sayur padole, woke, winuho, lehodo, pongasi (minuman khas dari fermentasi tape) dan lainnya. Makanan tradisional ini dibungkus dengan daun khas yang tumbuh di Karunsi’e sehingga memberikan aroma khas yang membuat rasanya menjadi berbeda. Selain itu suasana makin meriah karena tamu undangan dan masyarakat diberikan games seputar pengetahuan mengenai adat to karunsi’e dengan hadiah sebagai penyemangat untuk menjawab.