Luwu Timur, 11 September 2025 – Dinas Pariwisata, Kepemudaan, dan Olahraga (Disparmudora) Kabupaten Luwu Timur menggelar Sosialisasi Draft Peta Deliniasi Geopark Matano dan Sistem Danau Malili. Kegiatan ini berlangsung selama tiga hari, Tanggal 8–10 September 2025, dengan lokasi berbeda: hari pertama di Gedung Ontae Luwu PT Vale Indonesia Kecamatan Nuha, hari kedua di Ruang Sekda Kantor Bupati Luwu Timur Kecamatan Malili, dan hari ketiga di Ruang Rapat Bupati Luwu Timur.
Kegiatan ini menghadirkan Kepala Disparmudora Luwu Timur sekaligus Ketua Tim Percepatan Geopark, Andi Tabacina Akhmad, S.STP., M.Si., bersama Muh. Saleh Syam, S.Hut., M. selaku Tim Pemetaan, serta tim ahli Geosite. Dalam pemaparannya, mereka menjelaskan perkembangan rencana pengusulan Geopark Matano telah dimulai sejak 2022 hingga 2025. Namun, karena pendaftaran Hanya dibuka setiap 1 September, untuk tahun ini Luwu Timur telah melewati tenggat waktu sehingga proses pengusulan diundur ke tahun 2026 dengan target penetapan nasional pada 2028.
Draft peta deliniasi yang telah direvisi kini memuat 45 titik, terdiri atas 23 geosite, 7 culture, 11 biodiversity, dan 4 biosite. Luas Geopark ini mencakup 125 desa di 11 kecamatan di Kabupaten Luwu Timur. Keberadaannya diharapkan mampu melindungi daya tarik wisata dari ancaman pertambangan, pertanian, maupun aktivitas lain yang berpotensi merusak.
Di hari ketiga sosialisasi, kehadiran Bupati Luwu Timur, Irwan Bachri Syam, menjadi perhatian khusus para peserta. Dalam arahannya, Bupati menegaskan bahwa penamaan Geopark Matano sudah tepat, namun istilah “Sistem Danau Malili” perlu dikaji ulang agar tidak menimbulkan tafsir berbeda di kalangan masyarakat awam.
“Nama Geopark Matano sudah sesuai, hanya saja istilah ‘Danau Malili’ sebaiknya dipertimbangkan kembali agar masyarakat yang belum memahami latar belakangnya tidak bertanya-tanya,” jelas Bupati Irwan.
Beliau memberikan dukungan penuh dan menekankan pentingnya profesionalitas tim pengembangan Geopark yang telah bekerja sejak 2022. Bupati berharap seluruh proses berjalan sesuai rencana sehingga dokumen pengusulan bisa diajukan tepat waktu. “Saya berharap pada 1 September 2026, seluruh dokumen sudah siap untuk diajukan. Karena itu, evaluasi rutin setiap triwulan sangat diperlukan agar progresnya dapat dipantau dengan baik,” tegasnya.
Dalam pemaparan ketua tim percepatan, ditegaskan bahwa Geopark Matano akan berfokus pada tiga pilar utama, yakni pendidikan, ekonomi, dan konservasi. Sosialisasi ini masih dalam proses pengajuan data dan harus memenuhi sejumlah syarat penting, mulai dari penyusunan Rencana Induk Geopark, peta deliniasi, hingga proposal penilaian mandiri.
Dukungan terhadap rencana besar ini juga datang dari berbagai pihak. Salah satunya Perwakilan PT Vale, Sudirman menyampaikan bahwa “Geopark Matano dan Sistem Danau Malili bukan hanya akan menjadi ikon daerah, tetapi juga membuka peluang ekonomi baru sekaligus menjadi sarana pendidikan bagi generasi muda”, ucapnya dihari pertama sosialisasi.
Meski begitu, dalam sesi diskusi di ruang, muncul kekhawatiran dari masyarakat adat. Seorang peserta Bernama Kadek menuturkan keresahan bahwa kampung budaya bisa terpinggirkan karena hanya flora dan fauna yang ditonjolkan dalam Geoprak Matano dan Sistem Danau Malili.
Menanggapi hal tersebut, Ketua Tim Percepatan menegaskan bahwa “budaya justru menjadi salah satu kekuatan utama. Ia mencontohkan, ketika wisatawan berkunjung ke Uwoi wera Meruruono, maka kampung budaya sekitar seperti adat Karunsa’i akan mendapatkan ruang untuk menampilkan seni tari, kuliner tradisional, hingga rumah adat. Dengan demikian, keberadaan geopark dan masyarakat adat akan saling mendukung. Istilah lainnya ‘Geotrail’ Tambah beliau.
Dengan sinergi antara pemerintah daerah, pihak swasta, dan masyarakat, Geopark Matano dan Sistem Danau Malili ditargetkan dapat ditetapkan sebagai Geopark Nasional pada tahun 2028. Kehadirannya diharapkan menjadi kebanggaan baru bagi Luwu Timur, sekaligus memperkenalkan kekayaan alam, budaya, dan sistem danau Malili ke tingkat nasional maupun internasional.
Sosialisasi yang berlangung selama 3 hari ini dihadiri juga oleh kepala Desa se-kabupaten Luwu Timur, Kelompok sadar wisata, DPRD Luwu Timur, seluruh camat Luwu Timur dan perwakilan masyarakat.